. Lembayung Senja (Briseis): Langit Tanpa Kaki

Jumat, 08 Juli 2011

Langit Tanpa Kaki

Tetapi aku selalu memaafkan
Lalu kau mengulangi
Sengaja atau tak sengaja
Wajar aku meradang
Kemudian kembali pada maaf
Apa sebab?
Tak ada yang bisa mengerti
Bahkan diriku sendiri
Kemungkinannya yang paling bisa kutaksir sendiri adalah semua itu tertutupi hangat cinta yang masih menyala-nyala dalam hatiku

Setiap hari aku berdoa, suatu saat bisa menatap wajahmu
Aku menundukkan kepala dan melayangkan pesan untuk langit,
berharap kau melihat rembulan yang sama denganku.
Kemudian aku menutup mata, takut waktu membuatku keburu melupakan raut wajahmu

Jika memang tetes darah itu luka
Biar aku saja yang memiliki
Jangan kau atau dia
Tapi jangan khawatir, aku akan selalu mencintaimu

_______________________________________________________________
 Sering aku dipersalahkan karena kekalahan bukan kemengalahan
Oleh siapa? lucunya oleh orang yang mencintaiku dan tentu -bukan lagi- kucintai, tapi kuinginkan
Sebab pada diriku sendiri kuajarkan
Jangan pernah menolak kata pisah
Melepas tak selalu buruk biasanya
Meski perpisahan pada setiap kisah cinta begitu menyakitkan
Ketika harapan berbenturan dengan keraguan
Ya, sebentuk keraguan.. entah meragukan siapa atau apa. Dirikukah? jiwa yang kucintai? atau keadaan?
Perlu  rasanya ku garis bawahi kata ini
Meski teramat ingin kuhapus dari catatan hatiku
Andai bisa, karena cinta terlalu besar untuk disingkirkan
Tapi banyak hal yang kupelajari dari apa itu melepas yaitu kekuatan jiwa, tabungan sabar, munajat malam, perubahan dan berakhir pada pengertian yang lebih dalam

Seperti langit yang tidak mengenal dimana kakinya,
atau seperti laut yang tidak tahu dimana tepian pantainya,
kesabaran seperti itulah yang selalu paling aku butuhkan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar