. Lembayung Senja (Briseis): Suatu Siang

Jumat, 08 Juli 2011

Suatu Siang

Langit siang pertengahan maret ini memancar redup, angkasa tersaput awan mendung. Membuat aku sedikit malas untuk beraktifitas diluar, beberapa pertemuan dengan beberapa orang rekan kutunda setelah kukabarkan aku akan menyelesaikan dulu rancangan kerja di rumah saja. Deru mobil berhenti tepat diluar pagar rumahku, terdengar langkah seseorang membuka pagar dan mengetuk pintu.
kuintip sejenak siapa yang datang, ternyata sahabatku Rika.. sahabat yang setahun ini dekat denganku. Wanita berusia 1 tahun dibawah usiaku yang sekarang genap 28 tahun. Rika seorang wanita yang sangat cantik, bukan hanya di mataku tetapi di mata semua orang kurasa. Keadaan visualnya lebih dari cukup untuk bisa menjerumuskan semua lelaki ( bahkan beberapa wanita) masuk dalam keadaan gelora yang menggelisahkan karena ingin menjadikannya kekasih. Menyebabkan lelaki pontang panting berusaha mendapat perhatiannya dengan berbagai cara, yang menurutku kadang sangat konyol.
Tetapi itu bukan kesalahannya untuk menjadi begitu cantik dan mengagumkan. Ya, selain cantik secara visual. Rika juga sangat cerdas, dibandingkan rata rata umumnya wanita Asia, ia wanita yang selalu ingin tahu segala macam pengetahuan, bergaul dengan siapa saja. Dari kalangan jetset yang gemar memamerkan kemewahan mereka hingga kalangan yang kurang mampu. Sungguh kukagumi sisi kemanusiaannya yang peka disini, jarang kulihat wanita elegan dengan mobil mewah menyapa tukang becak dan berhenti sejenak sewaktu baru selesai shoping di mall megah, untuk mengulurkan tangan kepada anak-anak kecil pengemis dan pengamen yang melintas diluar gedung megah mall. Pernah juga kusaksikan ia memborong 2 pikul buah nangka setengah matang karena pedagangnya seorang kakek rabun yang sedang terseok-seok menyelusuri jalan kota. Tanpa memikirkan mau diapakan nangka sebanyak itu kelak di rumahnya. Yang kutahu kemudian, nangka-nangka itu diserahkan kepada sekelompok tukang becak yang berbaris di jalan masuk kompleksnya.
Rika tahu banyak lelaki yang tergila-gila -atau minimal setengah gila.. Karena menginginkan ia jatuh kepelukan mereka. Pernah ia bercerita ketika masih lajang menerima ajudan-ajudan yang diutus oleh majikannya, pejabat dari kalangan elit politik dan militer ingin menjadikannya sebagai wanita simpanan. Dan siiap menjamin hidupnya sejahtera, gemah ripah loh jinawi dan sangat baik-baik saja. Tetapi ia toh tak tertarik dan berminat dengan itu semua.
Sebagai manusia tentunya juga punya sisi buruk, sama seperti aku dan mereka, seperti diantaranya: kentut, buang hajat dan pasti samalah. Memiliki bau juga.
Tapi, entahlah. Karena mungkin ia diciptakan ketika Tuhan sedang sangat bahagia, maka sisi buruk kemanusiaannya seakan terkubur dalam oleh kecantikannya nan anggun. Sesekali ia menggunakan kerudung, itu malah menambah nilai plus dalam dirinya.
Coba simak komentar laki laki yang tergila-gila padanya ketika ia mengatakan ia hanya perempuan biasa, sama seperti perempuan lain. " Rika, aku tahu tak ada yang sempurna di dunia ini, dan aku sependapat. Tetapi itu terkecualli dirimu". Lalu "ah, Rika kau hanya ingin merendah saja sayang". Haahaa.. Lucunya komentar-komentar itu, namun sangat kubenarkan. Kupikir -ini sebelum aku dipertemukan Tuhan dan kemudian menjalin persahabatan yang erat dan dalam dengannya- hanya wanita berkulit putih dan kuning langsat saja yang rupawan. Jujur, perempuan ini berkulit rata-rata orang Asia tenggara, tetapi ketika warna itu melekat di tubuh dan wajahnya, menjadi begitu berbeda. Mungkin karena Rika pandai merawat kado Tuhan berupa keindahan fisiknya tersebut. Kulit yang berkilau cemerlang, tembaga keemasan. Dilengkapi karakteristik wajah yang sempurna, tidak bulat namun juga tidak terlalu lonjong. Dengan hidung mancung natural, alis yang tergores melengkung sempurna tanpa perlu ditata lagi, mata bulat bening polos namun menyiratkan kecerdasan akal dan keindahan batinnya. Coba lihat bibirnya yang dalam berbagai ekspresi tetap menggemaskan. Mungil, sensual merekah. Belum lagi rambut panjangnya yang bergelombang pun tubuhnya yang selalu harum semerbak seperti bunga-bunga yang baru saja dipetik setelah diguyur buliran hujan. Membuat jantung siapapun mubat mabit mencium aroma tubuhnya. Ah, Rika.. Sungguh ku yakini Tuhan begitu sayang padamu.
Siang ini, seperti beberapa siang kemarin, jika aku sedang ada di rumah dan ia tahu itu. Ia mendatangiku, untuk ngobrol apa saja atau curhat. Rika pernah bilang, ia sangat senang berbicara denganku. Bercerita apa saja dan aku juga sebaliknya. Yang serupa antara aku dan dia bukan fisiknya tentu -karena keadaan visualku sendiri sangat biasa menurutku dan begitu juga kemungkinan besar pandangan orang lain- tapi kecocokan jiwa. Kami memiliki minat yang sama pada beberapa hal, saling berbagi pengalaman dan cerita. Mulai pembicaraan ringan, soal agama, membahas buku-buku yang sama-sama kami gemari, berbagi resep masakan, mencoba kuliner baru, sok-sok-an menjadi pengamat politik situasi negara atau sekedar mentertawakan hal lucu yang kebetulan terlintas di hadapan kami ketika ia mentraktirku di kafe mewah.
Rika sudah menikah dengan lelaki pilihannya sendiri, seorang lelaki cukup tampan, pegawai pemerintah dengan level menengah yang terpaut usia 7 tahun diatasnya lalu mereka memiliki 2 orang anak perempuan yang manis-manis dari hasil pernikahan selama hampir 6 tahun tersebut. Sedang aku, karena tunanganku sedang mengambil masternya di bidang ekonomi di satu negara Eropa. Menunda rencana pernikahan kami hingga ia menyelesaikan program studynya itu.
Tetapi sudah 2 minggu ini dalam beberapa siang, ia terlihat muram dan gundah. Wajah cantiknya menyiratkan beban pikiran dan dukanya yang mendalam. Hanya kepadaku ia berani dan percaya menceritakan sisi terdalam hatinya dan kehidupan rumah tangganya. Ternyata suami Rika pernah berselingkuh dengan rekan sekantornya dan itu membuat kekecewaan besar pada Rika, peran orangtua dan keluarga besar mereka akhirnya mampu mendamaikan dan memulihkan kembali keadaan rumah tangganya. Peristiwa itu terjadi sudah 2 tahun terlewat. Namun, hati manusia siapa yang tahu, akibat perselingkuhan suaminya meninggalkan guratan luka dalam di hati Rika. Ia mengatakan cinta dan kepercayaan terhadap suaminya sudah sangat berkurang. Apalagi suaminya, entah karena apa. Menjadi lebih banyak diam dan menjadi lebih perhitungan terhadap keuangan keluarga.
Hufhh, lelaki terkadang mengkamuflase rasa malunya yang disebabkan ego sambil bawa-bawa harga diri untuk menutupi rasa malu dan kesalahan-kesalahannya, dengan -agak menyedihkan sebenarnya- membuat daftar kesalahan-kesalahan baru. Tidak semua lelaki begitu . Seribu persen aku setuju, akan tetapi begitulah kehidupan ada orang baik, ada pula orang jahat.
Siang yang agak redup ini, diceritakannya pula, bahwa setahun setelah perselingkuhan suaminya diketahuinya dan keluarga lalu diselesaikan baik-baik dan berakhir damai. Rika bertemu dengan seorang pria yang seusia dengannya. Perjumpaan tak sengaja di seminar keagamaan yang kebetulan mereka hadiri bersama. Berlanjut pada perkenalan, bertukar no handphone, pin blackberry, menjalin pertemanan di facebook. Kurasa pribahasa jawa yang kalau tak salah berbunyi "witing tresno jalaran soko kulino" yang artinya cinta datang karena seringnya bersama, mulai berlaku dan menyelimuti hati mereka. Atau kebersamaan yang belum lama itu ternyata menghadirkan suatu chemistry yang abstrak. Mungkin.
Selama bergaul dengannya, sangat sedikit Rika menceritakan sosok lelaki ini padaku, mungkin ia merasa sungkan atau merasa belum saatnya bercerita lepas padaku. Dan akupun menghargai privasinya disitu. Meski kulihat mata bulatnya menjadi begitu berpendar dan pipinya merona, ketika ia sesekali bercerita lelaki selain suaminya itu. Kurasa mereka sudah saling jatuh cinta. Dan karena mungkin sudah tak sanggup lagi menahan beban cinta dalam hatinya dan beban pikiran terhadap sikap suaminya. Dikeluarkannya semua yang ada di benak pikir dan hatinya kepadaku. Melihatnya agak menggenang namun juga kadang cerah sambil bibir cantiknya sibuk tumpang tindih menceritakan semua itu, aku tertawa kecil dalam hati. Akhirnya dugaanku selama ini benar adanya. Rika dan lelaki itu sedang kasmaran.
Dia meminta saran padaku mengenai kemungkinan berpisah dari suaminya, namun karena aku tidak berkompeten dalam bidang hukum tersebut. Maka setelah ia selesai mencurahkan bebannya, kusarankan agar ia berkonsultasi dengan ustadz yang juga guru spiritualnya dan orang-orang yang berkompeten di bidang tersebut. Kupahami perasaannya, setiap hela nafasnya mengabarkan luka hatinya juga cintanya. Oh, Rika andai aku bisa membantu lebih banyak. Tetapi pertimbangannya untuk berpisah dengan suaminya membuatku tak punya solusi atas masalahnya. Kecuali menghibur dan memeluknya agar bebannya sedikit berkurang dan terbagi denganku.
Rika, satu hal perlu sama-sama kita pahami. Bahwa lorong kehidupan yang kita jalani memang penuh misteri, kadang jalan dan kehendak Tuhan tidak sama dengan keinginan manusia. Bahwa setiap pertemuan kita dengan manusia lain menyimpan banyak pesan-pesanNya. Dan bahwa Tuhan selalu memberi kita pilihan-pilihan atas diri kita sendiri, keputusan-keputusan yang akan kita buat, kemudian Dia karena selalu menginginkan yang terbaik untuk hamba-hambaNya kelak akan membantu memilihkan dengan cara-Nya sendiri. Maka, memilihlah yang menurutmu terbaik untuk kenyamanan hatimu. Sesuatu yang besar selalu membutuhkan resiko besar dan sebanding pula dengan besar pengorbanannya. Tapi setiap proses mendapatkan dan menikmati hasil besar kelak memang selalu begitu. Apapun yang kau pilih dan perbuat pada keputusanmu kelak, Tuhan Maha Tahu, Maha Mengerti dan akan selalu ada di hatimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar